Isnin, 27 Jun 2011

IBU TIRI KEPADA ISTERI; ADAKAH MENJADI MAHRAM SUAMI?

*** Bismillahirrahmanirrahim *** 


***Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang**

Soalan; assalamualaikum....ape hukum suami bersalam dgn mak mentua? mak mentua tu bukan mak kandung istri, macam istilah org kmpung paggil mak tiri (kepada isteri), mintak dalil dan kitab rujukn. syukran

Jawapan;

Ibu/emak tiri kepada isteri tidak termasuk dalam senarai mahram muabbad (yakni orang-orang yang haram dikahwini oleh seorang lelaki buat selamanya). Oleh itu, statusnya sama seperti wanita ajnabi yang lain iaitu tidak boleh bersentuhan dengannya (termasuk bersalaman), berdua-duaannya dengannya, melihat auratnya dan menemaninya untuk bermusafir.

Ikatan mahram wujud dengan tiga sebab;
1. Kekeluargaan
2. Perkahwinan
3. Penyusuan

Ia disebut oleh Allah dalam firmanNya dalam surah an-Nisa' (bermaksud); "Diharamkan kepada kamu berkahwin dengan (perempuan-perempuan yang berikut): ibu-ibu kamu, dan anak-anak kamu, dan saudara-saudara kamu, dan saudara-saudara bapa kamu, dan saudara-saudara ibu kamu dan anak-anak saudara kamu yang lelaki, dan anak-anak saudara kamu yang perempuan, dan ibu-ibu kamu yang telah menyusukan kamu, dan saudara-saudara susuan kamu, dan ibu-ibu isteri kamu, dan anak-anak tiri yang dalam pemuliharaan kamu dari isteri-isteri yang kamu telah campuri; tetapi kalau kamu belum campuri mereka (isteri kamu) itu (dan kamu telahpun menceraikan mereka), maka tiadalah salah kamu (berkahwin dengannya). Dan (haram juga kamu berkahwin dengan) isteri anak-anak kamu sendiri yang berasal dari benih kamu. Dan diharamkan kamu menghimpunkan dua beradik sekali (untuk menjadi isteri-isteri kamu), kecuali yang telah berlaku pada masa yang lalu. Sesungguhnya Allah adalah Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani" (Surah an-Nisa', ayat 23-24).

Bagi ikatan mahram dengan sebab perkahwinan, hanya empat orang sahaja yang terbabit;
1. Ibu-ibu kepada isteri
2. Anak menantu (yakni isteri kepada anak lelaki).
3. Anak tiri
4. Ibu tiri (yakni isteri bapa)

Dalam ayat di atas, Allah menyebutkan ummahatu nisaikum yang bermaksud ibu-ibu kepada isteri-isteri kamu iaitulah wanita yang melahirkan isteri kamu dan yang melahirkan ibu kepada ibu isteri kamu dan ibu kepada bapa isteri kamu (yakni wanita-wanita yang menjadi asal-usul kepada isteri kamu merangkumi ibunya dan juga nenek-neneknya sama ada sebelah bapanya atau ibunya), dalam ungkapan lain; ibu dan neneka-nenek isteri kerana hubungan nasab (antara mereka dengan isteri).[1] Oleh itu, tidak masuk dalam pengertian ummahatu nisaikum itu ibu tiri kerana ibu tiri bukanlah ibu dari hubungan nasab, tetapi muncul kerana perkahwinan dengan bapa.

Oleh kerana ibu/emak tiri kepada isteri tidak tersenarai dalam senarai mahram di atas, hubungan dengan suami kekal sebagai wanita ajnabi dan tertakluk dengan hukum-hakam wanita ajnabi tadi. Di antara mereka berdua (yakni antara suami dan ibu tiri isteri) halal berkahwin.

Wallahu a'lam.

Nota;

[1] Diharamkan juga ke atas suami mengahwini ibu dan nenek isteri kerana susuan (yakni ibu susunya dan neneknya kerana ikatan penyusuan) kerana Rasulullah bersabda; "Diharamkan kerana penyusuan sebagaimana diharamkan kerana nasab".

Rujukan;

1. Tafsir al-Baghawi, Surah an-Nisa', ayat 23.
2. Fatawa Syekih Muhammad Soleh al-Munajjid, no. 154007.

Sumber:Posted by USTAZ AHMAD ADNAN FADZIL(Ibnu Muslim)

Sabtu, 25 Jun 2011

Kemerdekaan Berpikir

*** Bismillahirrahmanirrahim *** 
***Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang***
Assalamu'alaikum| Manusia memiliki potensi dan kemampuan berpikir, yang dapat membedakan manusia dengan makhluk lainnya. Membedakan manusia dengan binatang, misalnya. Dengan ini pula Allah SWT melebihkan derajat manusia. Menjadi makhluk paling sempurna.

Allah SWT mengharapkan manusia dapat mengoptimalkan penggunaan akal dan kemampuan berpikir, sehingga dapat melahirkan berbagai inovasi yang dapat mendekatkan dirinya dengan Khalik. Dengan hasil pikirannya dapat juga membantu manusia dan makhluk lainnya dalam pengelolaan bumi ini.

Ajaran Islam memberi penghormatan yang tinggi terhadap optimalisasi berpikir. Banyak petunjuk yang menjelaskan, berpikir sama dengan nilainya ibadah lainnya. Jadi, Islam memberi dorongan dan penghargaan terhadap manusia yang menggunakan pikirannya untuk pengembangan diri, lingkungan dan makhluk lainnya.

Islam tidak pernah membatasi kemerdekaan manusia dalam berpikir. Karenanya, tak beralasan sama sekali jika pegiat HAM mengkampanyekan, kemerdekaan berpikir adalah HAM. Justru kita berpendapat: kemerdekaan berpikir adalah ajaran Islam.

Karena itu, aktivitas kaum liberalis yang mendasari perjuangannya pada HAM dan membenturkannya dengan ajaran Islam merupakan satu hal yang tak beralasan. Semestinya dipahami, Islamlah yang datang lebih awal mendorong kemerdekaan berpikir. Islam menjadi inspirasi kebangkitan peradaban manusia.

Namun, kita juga tidak sependapat ketika kaum liberalis menggugat eksistensi Tuhan dan ajaran-Nya. Allah SWT menurunkan wahyu bukan untuk mengatur manusia, tapi untuk memenuhi kebutuhan manusia terhadap panduan hidup.

Ada tren kurang baik di sekitar kita: rame-rame menggugat kembali sebagian ajaran Islam yang telah ditetapkan dalam Al-Quran dengan alasan kemerdekaan berpikir. Melakukan retafsir terhadap ayat-ayat Al-Quran yang telah qath’i.

Untuk ini, kita menegaskan, bahwa kemerdekaan berpikir bagi seorang muslim perlu dipandu dengan wahyu dan berbingkai tauhid. Kemerdekaan berpikir tak dapat digunakan untuk mengganti poisisi Allah sebagai Pencipta akal manusia. Tidak juga untuk memprotes ajaran Allah SWT.

Akhirnya, kita mendambakan generasi bagus yang mampu mengoptimalkan kemampuannya berpikir untuk penegakan syariat Islam, bukan malah mengangkanginya. Percayalah,syariat tak membatasi kermerdakaan anda berpikir.sayed muhammad husen

BAHAYA DOSA KECIL

*** Bismillahirrahmanirrahim *** 
***Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang***
Di dalam hadits yang diriwayatkan Imam Ahmad di atas Rasulullah menjelaskan kepada umatnya untuk berhati terhadap dosa-dosa kecil sebab dosa-dosa kecil bila sering dikerjakan akan menjadi besar juga dan akan mengkibatkan fatal bagi orang yang melakukannya.
Rasulullah mencontohkan dosa kecil itu seperti sekelompok orang yang pergi ke suatu tempat rekriasi dengan tujuan masak dan makan bersama.
Kepada setiap orang dianjurkan membawa hanya sebatang ranting kayu untuk dijadikan kayu bakar. Ternyata setelah dikumpulkan ranting-ranting itu semuanya jadilah satu tumpukan besar sehingga bisa menanak semua makanan yang mereka inginkan.
Target syaithan terkutuk yang paling utama adalah ingin mengeluarkan manusia dari iman dan menjerumuskan kedalam kekafiran. Bila hal ini tidak mampu mereka mengajak manusia untuk melakukan dosa-dosa besar, seperti berzina, membunuh, minum minuman yang memabukkan dan lain-lain.Bila ini tidak mampan syaithan mendorong dan mangajak manusia untuk melakukan dosa-dosa kecil yang tidak terhitung jumlah dan ragamnya.

Sebagai contoh kita sebutkan saja misalnya melihat wanita dengan syahawat, menghabiskan waktu pada pekerjaan yang tidak bermanfaat; duduk berjam-jam di warung kopi, main batu semalam suntuk, melanggar rambu-rambu lalu lintas dan banyak lagi yang lainnya. Syaithan sangat senang bila manusia sibuk dengan dosa-dosa kecil dan selalu mengajaknya dengan caranya sendiri; tidak mengapa ini hanya dosa kecil saja asal tidak dikerjakan dosa besar.

Dosa-dosa kecil bila dikerjakan secara terus menerus maka ia akan menjadi besar dan gemuk. Menyengaja dan membiasakan diri dengan dosa-dosa kecil berarti sama dengan merencanakan untuk memulai berbuat dosa besar. Bukankah suatu dosa besar duduk berjam-jam menontong televisi di warung kopi sehingga menyia-nyiakan urusan rumah tangga. Atau main batu semalam suntuk yang ujung-ujungnyatidak sempat shalat subuh.

Bukankah meningalkan shalat itu suatu dosa besar. Pepatah lama mengatakan: Qalilan-qalilan yakunu jabalan (Sedikit demi sedikit lama-lama menjadi bukit). Allahu waliyyuttaufiq.

Shirathal Mustaqim

*** Bismillahirrahmanirrahim *** 
***Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang***
Tunjuki kami jalan yang lurus (Shirathal Mustaqim). (yaitu) Jalan orang-orang yang telah Engkau beri nikmat kepada mereka,bukan (jalan) mereka yang dimurkai dan mereka yang sesat”. (QS. Al Fatihah : 7)
Doa tersebut sesungguhnya dimohon berulang kali dalam setiap shalat sejak kecil saat seseorang mengerjakan shalat lima waktu. Tidak kurang dari 17 kali setiap hari seseorang berkomunikasi dengan Allah SWT untuk diberikan nikmat melalui jalan lurus.
Pada asalnya manusia itu tercipta sebagai makhluk yang suka berbuat zalim lagi bodoh, sehingga sejak dari permulaan manusia itu memang tidak punya ilmu dan cenderung melakukan hal-hal yang disenangi oleh hawa nafsunya yang buruk. Maka segala sesuatu yang hendak diucapkan atau dilakukannya membutuhkan ilmu yang menyingkap kejahilannya dan sikap adil yang menyingkirkan kezalimannya. Apabila Allah tidak menganugerahkan kepadanya ilmu serta sikap adil yang lebih rinci, sebab jika tidak demikian- maka di dalam dirinya tetap akan tersisa kebodohan dan kezaliman yang akan menyeretnya keluar dari jalan yang lurus.
Jalan yang lurus memang dambaaan semua orang, karena secara naluri manusia tetap hidupnya mengikuti aturan yang ada, karena siapa saja yang mencari jalan lainnya maka ia tidak akan sampai kepada Allah.
Shirathal Mustaqim (jalan yang lurus) ialah kebenaran yang Allah telah membangkitkan utusan-NYA Muhammad SAW dengan mengerjakan apa yang diperintahkan dan meninggalkan apa yang dilaranganya serta membenarkan tentang apa-apa yang beliau beritakan (syiarkan) dan tidak ada jalan kepada Allah kecuali dengan itu, dan itulah jalan para wali Allah yang taqwa, jalan kelompok partai Allah yang bahagia dan jalan tentara Allah yang menang.
Dan setiap yang berlawanan dengan kebenaran itu adalah jalan para penyeleweng dan orang-orang sesat padahal Allah menyucikan Nabi-Nya dari penyelewengan dan kesetan itu. Allah pernah berfirman : “Demi bintang ketika terbenam, kawanmu (Muhammad) tidak sesat dan tidak keliru. Dan tidaklah yang diucapkan itu menurut kemauan hawa nafsu. Bahwa itu tidak lain ialah wahyu yang diwahyukan“. (QS. An-Najm: 1 - 4 )
Marilah kita bermohon kepada Allah, semoga Dia berkenan menunjuki kita dan menunjuki para sahabat kita yang lain kepada jalan orang-orang yang mendapat nikmat terdiri dari para Nabi, para Shiddiq, Syuhada dan orang-orang shaleh, mereka itu adalah sebaik-baiknya teman/sahabat.


Berpegang pada Dua Peninggalan Rasul

*** Bismillahirrahmanirrahim *** 
***Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang***
Rasulullah Saw. bersabda: “Aku tinggalkan kepada kalian dua perkara, yaitu al-Qur’an dan sunnnah, maka jika untuk berpegang kepada dua hal tersebut maka tidak akan tersesat selama-lamanya”.

Rasulullah telah meninggalkan kepada kita dua pusaka yang paling berharga sebagai pedoman hidup. Pertama, al-Qur’an sebagai petunjuk dalam menjalani kehidupan. Di dalam al-Qur’an dijelaskan segala aspek kehidupan manusia dalam hubungannya dengan sang Khaliq (hablum minallah), hubungan manusia dengan sesama manusia (hablum minannas), dan tata cara hubungan manusia dengan alam sekitar. Ayat-ayat al-Qur’an adakalanya menjelaskan secara lansung tentang suatu hukum (qat’i) dan adakalanya memerlukan penafsiran lebih lanjut (zanni). Di sinilah hadits-hadits Nabi berperan sebagai penerang lebih lanjut untuk menjelaskan ayat-ayat yang bersifat samar (zanni).

Dengan kata lain, dalam pengambilan hukum-hukum syari’at, al-Qur’an merupakan sumber hukum pertama dan sunnah sebagai sumber hukum kedua. Ada pun hubungan al-Qur’an dengan sunnah dari segi materi hukum yang terkandung di dalamnya ada beberapa macam. Pertama, mempertegas hukum-hukum yang ada dalam al-Qur’an. Misalnya hukum shalat, puasa, zakat, dan haji sudah dijelaskan dalam beberapat ayat al-Qur’an (Qs. Al-Baqarah: 183, Qs. An-Nisa: 77, Qs. Ali Imran: 97) namun Rasulullah menegaskan lagi hukum tersebut dalam sabda beliau yang diriwayatkan oleh Muslim yaitu: “Islam itu atas lima dasar yaitu persaksianmu bahwa tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad sebagai pesuruh Allah, dan mendirikan shalat, dan menunaikan zakat dan berpuasa pada bulan Ramadhan, dan pergi haji ke Baitullah bila kamu mampu melaksanakan perjalanan ketempat itu”.

Kedua, menjelaskan hukum-hukum yang terdapat dalam al-Qur’an. Misalnya perintah shalat dalam Qs. An-Nisa: 103 dijelaskan melalui sabda beliau yang diriwayatkan oleh Bukhari: ”Shalatlah kamu seperti kamu melihat bagaimana aku mengerjakan shalat”. Ketiga, menetapkan hukum baru yang tidak disebutkan dalam al-Qur’an. Misalnya beliau menetapkan hukum haramnya binatang buas yang bertaring kuat dan burung yang berkuku kuat, “Rasulullah saw. Melarang memakan setiap binatang buas dan setiap binatang yang berkuku kuat dari golongan burung”. (HR. Muslim).

Dengan demikian sudah sangat jelas bahwa al-Qur’an dan sunnah menjadi petunjuk bagi ummat manusia dalam menjalani kehidupan. Ketika hari ini ada pendapat sebagian kalangan yang mengatakan bahwa dalam menetapkan hukum cukup hanya berpedoman pada al-Qur’an saja sebagai dasarnya, ataupun sebaliknya tidak mengakui sunnah (ingkar sunnah) dan tidak mengakui Muhammad sebagai Nabi terakhir, maka hal tersebut merupakan pemikiran yang menyimpang, sesat dan menyesatkan.

Al-Qur’an dan sunnah harus diwariskan kepada generasi muda, dengan cara mengajarinya dan membiasakan hidup sesuai dengan tuntunan keduanya. Para orang tua tidak hanya mempersiapkan harta benda untuk diwariskan kepada anak cucu. Sehingga sepeninggal kita, anak-anak yang akan menjadi cahaya yang penghantar ke syurga. Bukannya anak-anak yang sibuk memperebutkan harta benda.

Semoga anak-anak kita akan menjadi generasi Qur’ani yang mengimplementasikan nilai-nilai al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari. Serta bisa mawas diri dalam menerima pengaruh-pengaruh luar yang menyesatkan.


*Penulis, Saat ini mengabdi di MAN Model Banda Aceh

Pesanan Rasulullah SAW Terhadap Wanita :

*** Bismillahirrahmanirrahim *** 
***Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang***

1) Dunia ini ialah perhiasan dan sebaik-baik perhiasan ialah wanita
   (isteri) yang solehah. (Riwayat Muslim).
  
2) Mana-mana perempuan yang memakai bau-bauan kemudian ia keluar
   melintasi kaum lelaki ajnabi, agar mereka mencium bau harumnya maka ia
   adalah perempuan zina,dan tiap-tiap mata yang memandang itu adalah zina.
   (Riwayat Ahmad, Thabarani dan Hakim)

3) Dikahwini wanita itu kerana empat perkara: kerana hartanya, kerana
   keturunannya, kerana kecantikannya dan kerana agamanya, maka carilah
   yang kuat beragama nescaya kamu beruntung.

4) Wanita apabila ia sembahyang lima waktu, puasa sebulan Ramadhan,
   memelihara kehormatan serta taat pada suami, maka masuklah mana-mana
   pintu syurga yang ia kehendaki. (Riwayat dari Ahmad Ibnu Hibban,
   Thabarani, Anas bin Malik).

5) Perempuan yang melabuhkan pakaian dalam keadaaan berhias bukan untuk
   suami nya dan muhrimnya adalah seumpama gelap gelita di hari kiamat,
   tiada nur baginya. (Riwayat Tarmizi)

6) Apabila lari seorang wanita dari rumah suaminya, tidak diterima
   sembahyangnya, sehingga ia kembali dan menghulurkan tangan kepada
   suaminya (meminta maaf). (Riwayat dari Hassan).

7) Wanita yang taat pada suami, semua burung-burung di udara, ikan diair,
   malaikat di langit, matahari dan bulan semuanya beristigfar baginya
   selama ia masih taat pada suaminya dan diredainya (serta menjaga
   sembahyang dan puasanya).



8) Dari Muaz bin Jabal bersabda Rasululllah SAW: Mana-mana wanita yang
   berdiri di atas kakinya membakar roti untuk suaminya hingga muka dan
   tangannya kepanasan oleh api, maka diharamkan muka dan tangannya dari
   bakaran api neraka.

9) Tiap-tiap wanita yang menolong suaminya di dalam urusan agama, maka
   Allah memasukkanya dalam syurga lebih dahulu dari suaminya (sepuluh
   ribu tahun) kerana dia memuliakan suaminya di dunia maka mendapat pakaian
   dan bau-bauan syurga untuk turun ke mahligai suaminya dan mengadapnya.

10)Ya Fatimah, jika seorang wanita meminyakkan rambut suaminya dan
   janggutnya dan memotong kumisnya dan mengerat kukunya, diberi minum
   Allah akan dia sungai syurga, diiringi Allah baginya sakaratul maut
   dan akan didapati kuburnya menjadi sebuah taman dari taman-taman syurga
   serta dicatatkan Allah baginya kelepasan dari neraka dan selamatlah ia
   melintasi titian Siratul-mustaqim.

11)Mana-mana wanita yang berkata kepada suaminya "tidak pernah aku dapat
   dari engkau satu kebajikan pun". Maka Allah akan hapuskan amalannya
   selama 70 tahun, walaupun ia berpuasa siang hari dan beribadah pada
   malamnya.

12)Apabila wanita mengandung janin dalam rahimnya, maka beristighfarlah
   para malaikat untuknya, Allah mencatatkan baginya setiap hari seribu
   kebajikan dan menghapus baginya seribu kejahatan.

13)Apabila wanita mulai sakit untuk bersalin, Allah mencatatkan baginya
   pahala orang yang berjihad pada jalan Allah (perang sabil).

14)Apabila wanita melahirkan anak keluarlah dosa-dosa darinya seperti
   keadaan ibunya melahirkannya.

Khutbah Terakhir Rasulullah SAW

*** Bismillahirrahmanirrahim *** 
***Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang***
Wahai Manusia,dengarlah baik-baik apa yang hendak ku katakan.Aku tidak mengetahui apakah aku dapat bertemu lagi dengan kamu semua selepas tahun ini.Oleh itu dengarlah dengan teliti kata-kataku dan sampaikanlah ia kepada orang-orang yang tidak dapat hadir disini pada hari ini.

Wahai manusia,sepertimana kamu menganggap bulan ini dan kota ini sebagai suci,maka anggaplah jiwa dan harta setiap orang Muslim sebagai suci. Kembalikan harta yang diamanahkan kepada kamu kepada pemiliknya yang berhak.Janganlah kamu sakiti sesiapa pun agar orang lain tidak menyakiti kamu lagi.Ingatlah bahawa sesungguhnya kamu akan menemui Tuhan kamu dan Dia pasti membuat perhitungan diatas segala amalan kamu.Allah telah mengharamkan riba,oleh itu segala urusan yang melibatkan riba dibatalkan mulai sekarang.
Berwaspadalah terhadap syaitan demi keselamatan agama kamu.Dan dia telah berputus asa untuk menyesatkan kamu dalam perkara-perkara besar,maka berjaga-jagalah supaya kamu tidak mengikuti nya dalam perkara-perkara kecil.
Wahai manusia,sebagaimana kamu mempunyai hak keatas isteri kamu ,mereka juga mempunyai hak di atas kamu.Sekiranya mereka menyempurnakan hak mereka ke atas kamu maka mereka juga berhak untuk diberi makan dan pakaian dalam suasana kasih sayang.Layanilah wanita-wanita kamu dengan baik,berlemah-lembutlah terhadap mereka kerana sesungguhnya mereka adalah teman dan pembantu yang setia.Dan hak kamu atas mereka ialah mereka sama sekali tidak boleh memasukkan orang yang kamu tidak sukai ke dalam rumah kamu dan dilarang melakukan zina.
Wahai manusia ,dengarlah bersungguh-sungguh kata-kata ku ini,Sembahlah Allah,Dirikanlah solat lima kali sehari,Berpuasalah di Bulam Ramadan dan Tunaikanlah Zakat dari harta kekayaan kamu.Kerjakanlah ibadat Haji sekiranya kamu mampu.Ketahuilah bahawa setiap Muslim adalah bersaudara kepada Muslim yang lain.Kamu semua adalah sama,tidak seorang pun yang lebih mulia dari yang lainnya kecuali dalam Taqwa dan beramal soleh.
Ingatlah,bahawa kamu akan menghadap Allah pada suatu hari untuk dipertanggungjawabkan diatas segala apa yang telah kamu kerjakan.Oleh itu Awasilah agar jangan sekali-kali terkeluar dari landasan kebenaran selepas ketiadaanku.
Wahai manusia,tidak ada lagi Nabi atau Rasul yang akan datang selepasku dan tidak akan lahir agama baru.Oleh itu wahai manusia,nilailah dengan betul dan fahamilah kata-kataku yang telah aku sampaikan kepada kamu.Sesumgguhnya aku tinggalkan kepada kamu dua perkara,yang sekiranya kamu berpegang teguh dan mengikuti kedua-duanya ,nescaya kamu tidak akan tersesat selama-lamanya.Itulah Al-Quran dan Sunnahku.
Hendaklah orang-orang yang mendengar ucapanku menyampaikan pula kepada orang lain.Semoga yang terakhir lebih memahami kata-kataku dari mereka yang terus mendengar dari ku.Saksikanlah Ya Allah bahawasanya telah aku sampaikan risalah Mu kepada hamba-hamba mu.
(Khutbah ini disampaikan oleh Rasullah s.a.w pada 9hb Zulhijjah Tahun 10 Hijrah di Lembah Uranah,Gunung Arafah.)

Selasa, 21 Jun 2011

Khas buat Khairun Nisa

*** Bismillahirrahmanirrahim *** 
***Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang***
"Ya Allah! Ampunilah dia dan kasihanilah dia dan sejahterakanlah serta ampunilah dosa kesalahan dia. Dan muliakanlah kedatangannya dan luaskanlah tempat masuknya (kuburnya) dan bersihkanlah dia dengan air salju dan embun, bersihkanlah dia dari segala dosa dan sebagaimana kain putih yang bersih dari segala kotoran dan gantikanlah baginya rumah yang lebih baik dari rumahnya dan gantikanlah isteri yang lebih baik dari isterinya dan gantikanlah keluarga yang lebih dari keluarganya dan peliharalah (hindarkanlah) dia dari seksa kubur dan seksa neraka."

"Ya Allah ! Janganlah kiranya pahala tidak sampai pada kami dan janganlah Engkau memberi pada kami fitnah sepeninggalannya dan ampunilah kami dan dia dan bagi saudara -saudara kami yang telah mendahului kami dengan imam dan janganlah menjadikan gelisah (dengki) dalam hati kami pada orang-orang yang beriman, Ya Allah! Ya Tuhan kami sesungguhnya Engkau Maha Pengampun lagi Maha Penyayang."

Khas buat Nisa, yang masih hidup dan yg telah meninggal dunia

*** Bismillahirrahmanirrahim *** 
***Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang***
     Yaa Siin. Demi Al Qur'an yang penuh hikmah, sesungguhnya kamu salah seorang dari rasul-rasul, (yang berada) di atas jalan yang lurus, (sebagai wahyu) yang diturunkan oleh Yang Maha Perkasa lagi Maha Penyayang. agar kamu memberi peringatan kepada kaum yang bapak-bapak mereka belum pernah diberi peringatan, karena itu mereka lalai. Sesungguhnya telah pasti berlaku perkataan (ketentuan Allah) terhadap kebanyakan mereka, karena mereka tidak beriman. Sesungguhnya Kami telah memasang belenggu di leher mereka, lalu tangan mereka (diangkat) ke dagu, maka karena itu mereka tertengadah. Dan Kami adakan di hadapan mereka dinding dan di belakang mereka dinding (pula), dan Kami tutup (mata) mereka sehingga mereka tidak dapat melihat. Sama saja bagi mereka apakah kamu memberi peringatan kepada mereka ataukah kamu tidak memberi peringatan kepada mereka, mereka tidak akan beriman. Sesungguhnya kamu hanya memberi peringatan kepada orang-orang yang mau mengikuti peringatan dan yang takut kepada Tuhan Yang Maha Pemurah walaupun dia tidak melihat-Nya. Maka berilah mereka kabar gembira dengan ampunan dan pahala yang mulia. Sesungguhnya Kami menghidupkan orang-orang mati dan Kami menuliskan apa yang telah mereka kerjakan dan bekas-bekas yang mereka tinggalkan. Dan segala sesuatu Kami kumpulkan dalam Kitab Induk yang nyata (Lohmahfuz). Dan buatlah bagi mereka suatu perumpamaan, yaitu penduduk suatu negeri ketika utusan-utusan datang kepada mereka; (yaitu) ketika Kami mengutus kepada mereka dua orang utusan, lalu mereka mendustakan keduanya; kemudian Kami kuatkan dengan (utusan) yang ketiga, maka ketiga utusan itu berkata: "Sesungguhnya kami adalah orang-orang yang diutus kepadamu". Mereka menjawab: "Kamu tidak lain hanyalah manusia seperti kami dan Allah Yang Maha Pemurah tidak menurunkan sesuatu pun, kamu tidak lain hanyalah pendusta belaka". Mereka berkata: "Tuhan kami mengetahui bahwa sesungguhnya kami adalah orang yang diutus kepada kamu. Dan kewajiban kami tidak lain hanyalah menyampaikan (perintah Allah) dengan jelas". Mereka menjawab: "Sesungguhnya kami bernasib malang karena kamu, sesungguhnya jika kamu tidak berhenti (menyeru kami), niscaya kami akan merajam kamu dan kamu pasti akan mendapat siksa yang pedih dari kami". Utusan-utusan itu berkata: "Kemalangan kamu itu adalah karena kamu sendiri. Apakah jika kamu diberi peringatan (kamu mengancam kami)? Sebenarnya kamu adalah kaum yang melampaui batas". Dan datanglah dari ujung kota, seorang laki-laki (Habib An Najjar) dengan bergegas-gegas ia berkata: "Hai kaumku, ikutilah utusan-utusan itu, ikutilah orang yang tiada minta balasan kepadamu; dan mereka adalah orang-orang yang mendapat petunjuk. Mengapa aku tidak menyembah (Tuhan) yang telah menciptakanku dan yang hanya kepada-Nya-lah kamu (semua) akan dikembalikan? Mengapa aku akan menyembah tuhan-tuhan selain-Nya, jika (Allah) Yang Maha Pemurah menghendaki kemudaratan terhadapku, niscaya syafaat mereka tidak memberi manfaat sedikit pun bagi diriku dan mereka tidak (pula) dapat menyelamatkanku? Sesungguhnya aku kalau begitu pasti berada dalam kesesatan yang nyata. Sesungguhnya aku telah beriman kepada Tuhanmu; maka dengarkanlah (pengakuan keimanan) ku. Dikatakan (kepadanya): "Masuklah ke surga". Ia berkata: "Alangkah baiknya sekiranya kaumku mengetahui, apa yang menyebabkan Tuhanku memberi ampun kepadaku dan menjadikan aku termasuk orang-orang yang dimuliakan". Dan kami tidak menurunkan kepada kaumnya sesudah dia (meninggal) suatu pasukan pun dari langit dan tidak layak Kami menurunkannya. Tidak ada siksaan atas mereka melainkan satu teriakan suara saja; maka tiba-tiba mereka semuanya mati. Alangkah besarnya penyesalan terhadap hamba-hamba itu, tiada datang seorang rasul pun kepada mereka melainkan mereka selalu memperolok-olokkannya. Tidakkah mereka mengetahui berapa banyaknya umat-umat sebelum mereka yang telah Kami binasakan, bahwasanya orang-orang (yang telah Kami binasakan) itu tiada kembali kepada mereka. Dan setiap mereka semuanya akan dikumpulkan lagi kepada Kami. Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah bumi yang mati. Kami hidupkan bumi itu dan Kami keluarkan daripadanya biji-bijian, maka daripadanya mereka makan. Dan Kami jadikan padanya kebun-kebun kurma dan anggur dan Kami pancarkan padanya beberapa mata air, supaya mereka dapat makan dari buahnya, dan dari apa yang diusahakan oleh tangan mereka. Maka mengapakah mereka tidak bersyukur? Maha Suci Tuhan yang telah menciptakan pasangan-pasangan semuanya, baik dari apa yang ditumbuhkan oleh bumi dan dari diri mereka maupun dari apa yang tidak mereka ketahui. Dan suatu tanda (kekuasaan Allah yang besar) bagi mereka adalah malam; Kami tanggalkan siang dari malam itu, maka dengan serta merta mereka berada dalam kegelapan, dan matahari berjalan di tempat peredarannya. Demikianlah ketetapan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui. Dan telah Kami tetapkan bagi bulan manzilah-manzilah, sehingga (setelah dia sampai ke manzilah yang terakhir) kembalilah dia sebagai bentuk tandan yang tua. Tidaklah mungkin bagi matahari mendapatkan bulan dan malam pun tidak dapat mendahului siang. Dan masing-masing beredar pada garis edarnya. Dan suatu tanda (kebesaran Allah yang besar) bagi mereka adalah bahwa Kami angkut keturunan mereka dalam bahtera yang penuh muatan, dan Kami ciptakan untuk mereka yang akan mereka kendarai seperti bahtera itu. Dan jika Kami menghendaki niscaya Kami tenggelamkan mereka, maka tiadalah bagi mereka penolong dan tidak pula mereka diselamatkan. Tetapi (Kami selamatkan mereka) karena rahmat yang besar dari Kami dan untuk memberikan kesenangan hidup sampai kepada suatu ketika. Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Takutlah kamu akan siksa yang di hadapanmu dan siksa yang akan datang supaya kamu mendapat rahmat", (niscaya mereka berpaling). Dan sekali-kali tiada datang kepada mereka suatu tanda dari tanda-tanda kekuasaan Tuhan mereka, melainkan mereka selalu berpaling daripadanya. Dan apabila dikatakan kepada mereka: "Nafkahkanlah sebahagian dari rezeki yang diberikan Allah kepadamu", maka orang-orang yang kafir itu berkata kepada orang-orang yang beriman: "Apakah kami akan memberi makan kepada orang-orang yang jika Allah menghendaki tentulah Dia akan memberinya makan, tiadalah kamu melainkan dalam kesesatan yang nyata". Dan mereka berkata: "Bilakah (terjadinya) janji ini (hari berbangkit) jika kamu adalah orang-orang yang benar?" Mereka tidak menunggu melainkan satu teriakan saja yang akan membinasakan mereka ketika mereka sedang bertengkar. Lalu mereka tidak kuasa membuat suatu wasiat pun dan tidak (pula) dapat kembali kepada keluarganya. Dan ditiuplah sangkakala, maka tiba-tiba mereka ke luar dengan segera dari kuburnya (menuju) kepada Tuhan mereka. Mereka berkata: "Aduh celakalah kami! Siapakah yang membangkitkan kami dari tempat tidur kami (kubur)?" Inilah yang dijanjikan (Tuhan) Yang Maha Pemurah dan benarlah Rasul-rasul (Nya). Tidak adalah teriakan itu selain sekali teriakan saja, maka tiba-tiba mereka semua dikumpulkan kepada Kami. Maka pada hari itu seseorang tidak akan dirugikan sedikit pun dan kamu tidak dibalasi, kecuali dengan apa yang telah kamu kerjakan. Sesungguhnya penghuni surga pada hari itu bersenang-senang dalam kesibukan (mereka). Mereka dan istri-istri mereka berada dalam tempat yang teduh, bertelekan di atas dipan-dipan. Di surga itu mereka memperoleh buah-buahan dan memperoleh apa yang mereka minta. (Kepada mereka dikatakan): "Salam", sebagai ucapan selamat dari Tuhan Yang Maha Penyayang. Dan (dikatakan kepada orang-orang kafir): "Berpisahlah kamu (dari orang-orang mukmin) pada hari ini, hai orang-orang yang berbuat jahat. Bukankah Aku telah memerintahkan kepadamu hai Bani Adam supaya kamu tidak menyembah setan? Sesungguhnya setan itu adalah musuh yang nyata bagi kamu", dan hendaklah kamu menyembah-Ku. Inilah jalan yang lurus. Sesungguhnya setan itu telah menyesatkan sebahagian besar di antaramu. Maka apakah kamu tidak memikirkan? Inilah Jahanam yang dahulu kamu diancam (dengannya). Masuklah ke dalamnya pada hari ini disebabkan kamu dahulu mengingkarinya. Pada hari ini Kami tutup mulut mereka; dan berkatalah kepada Kami tangan mereka dan memberi kesaksianlah kaki mereka terhadap apa yang dahulu mereka usahakan. Dan jikalau Kami menghendaki pastilah Kami hapuskan penglihatan mata mereka; lalu mereka berlomba-lomba (mencari) jalan. Maka betapakah mereka dapat melihat (nya). Dan jika Kami menghendaki pastilah Kami rubah mereka di tempat mereka berada; maka mereka tidak sanggup berjalan lagi dan tidak (pula) sanggup kembali. Dan barang siapa yang Kami panjangkan umurnya niscaya Kami kembalikan dia kepada kejadian (nya). Maka apakah mereka tidak memikirkan? Dan Kami tidak mengajarkan syair kepadanya (Muhammad) dan bersyair itu tidaklah layak baginya. Al Qur'an itu tidak lain hanyalah pelajaran dan kitab yang memberi penerangan, supaya dia (Muhammad) memberi peringatan kepada orang-orang yang hidup (hatinya) dan supaya pastilah (ketetapan azab) terhadap orang-orang kafir. Dan apakah mereka tidak melihat bahwa sesungguhnya Kami telah menciptakan binatang ternak untuk mereka yaitu sebahagian dari apa yang telah Kami ciptakan dengan kekuasaan Kami sendiri, lalu mereka menguasainya? Dan Kami tundukkan binatang-binatang itu untuk mereka, maka sebagiannya menjadi tunggangan mereka dan sebagiannya mereka makan. Dan mereka memperoleh padanya manfaat-manfaat dan minuman. Maka mengapakah mereka tidak bersyukur? Mereka mengambil sembahan-sembahan selain Allah agar mereka mendapat pertolongan. Berhala-berhala itu tiada dapat menolong mereka; padahal berhala-berhala itu menjadi tentara yang disiapkan untuk menjaga mereka. Maka janganlah ucapan mereka menyedihkan kamu. Sesungguhnya Kami mengetahui apa yang mereka rahasiakan dan apa yang mereka nyatakan. Dan apakah manusia tidak memperhatikan bahwa Kami menciptakannya dari setitik air (mani), maka tiba-tiba ia menjadi penantang yang nyata! Dan dia membuat perumpamaan bagi Kami; dan dia lupa kepada kejadiannya; ia berkata: "Siapakah yang dapat menghidupkan tulang belulang, yang telah hancur luluh?" Katakanlah: "Ia akan dihidupkan oleh Tuhan yang menciptakannya kali yang pertama. Dan Dia Maha Mengetahui tentang segala makhluk, yaitu Tuhan yang menjadikan untukmu api dari kayu yang hijau, maka tiba-tiba kamu nyalakan (api) dari kayu itu." Dan tidakkah Tuhan yang menciptakan langit dan bumi itu berkuasa menciptakan kembali jasad-jasad mereka yang sudah hancur itu? Benar, Dia berkuasa. Dan Dialah Maha Pencipta lagi Maha Mengetahui. Sesungguhnya perintah-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya: "Jadilah!" maka terjadilah ia. Maka Maha Suci (Allah) yang di tangan-Nya kekuasaan atas segala sesuatu dan kepada-Nya lah kamu dikembalikan.  

Isnin, 20 Jun 2011

HUKUM MENONTON WAYANG

*** Bismillahirrahmanirrahim *** 
***Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang***
Soalan : Adakah dibenarkan untuk kita pergi menonton di panggung wayang dan menonton filem-filem biasa yang ditayangkan? Adakah dibenarkan untuk kita menonton filem-filem lucah walaupun hanya sekadar gambar dan bukan tubuh badan yang sebenar? Apakah tanggungjawab kita terhadap muslim yang menonton filem-filem seperti ini, adakah kita mencegah dan melarangnya ataupun membiarkan mereka menonton apa yang mereka mahu?
Jawapan : Adalah dibenarkan untuk kita pergi ke panggung dan menonton filem-filem yang bermanafaat (seperti dokumentari) dengan syarat barisan antara penonton perempuan di dalam dewan hendaklah diasingkan dari penonton lelaki. Keadaan ini samalah seperti kita menghadiri seminar. Ia dibenarkan dengan syarat hendaklah ada pengasingan antara penonton lelaki dan perempuan.

Namun begitu, meskipun di bolehkan menonton wayang dengan syarat yang dinyatakan di atas, adalah lebih baik sekiranya dielakkan, supaya mata tidak terlihat aurat wanita yang hadir menonton dan juga telinga tidak akan mendengar suara-suara yang tidak enak dari para penonton didalam panggung wayang itu.

Manakala menonton filem-filem yang berunsur lucah atau filem seksi adalah diharamkan sama sekali, walaupun sekadar gambar-gambar dan bukan susuk tubuh badan yang sebenar kerana kaedah syarak dalam hal ini ialah “sesuatu perkara yang menjurus kepada keharaman, maka hukumnya adalah haram” Ini bermaksud, apa sahaja perkara yang walaupun belum benar-benar pasti menjurus kepada keharaman, tetapi mempunyai kebarangkalian boleh membawa kepada keharaman, juga sudah mencukupi untuk dinyatakan sebagai haram hukumnya.

Secara umumnya, kebanyakkan filem-filem sebegini akan menjerumuskan si penontonnya kepada perbuatan yang mengandungi unsur-unsur haram jadi kaeadah syarak ini terkena pada semua filem seksi, filem berunsur seks dan filem lucah. Maka dengan sebab itu, adalah diharamkan untuk menonton, mahupun membeli filem-filem sebegini.

Merujuk kepada persoalan bagaimanakah caranya syabab berhadapan dengan kaum muslimin yang menonton filem sebegini, seperti yang diketahui, sebahagian daripada mereka yang menonton filem seperti ini adalah orang yang rendah pemikirannya yang tidak menurut perintah dan larangan Allah kecuali orang-orang yang mempunyai belas kasihan Allah.

Namun sekiranya syabab mempunyai kaedah pencegahan yang rasional biarkan mereka menggunakannya. Mungkin orang yang mengajukan soalan ini, maksudkan perkara ini berlaku dikalangan kaum keluarganya dan dia merasa sedih dengan perbuatan mereka maka seharusnya dia membimbing mereka untuk menjauhi perbuatan ini. Didalam kes ini hendaklah dia melarang mereka dengan kaedah yang benar dan berharap Allah akan membimbing mereka ke jalan yang benar dan InsyaAllah dia akan diberikan ganjaran yang setimpal oleh Allah SWT kelak.

Kiriman http://
jebbat.blogspot.com

HUKUM MERATAPI KEMATIAN

*** Bismillahirrahmanirrahim *** 
***Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang***
Soalan;

a. Apakah hukum meratapi kematian seseorang?
b. Apakah haram juga menangisi kematian tersebut tanpa meratapinya?
c. Apakah orang yang mati itu diseksa dengan sebab ratapan manusia yang masih hidup?

Jawapan;

Dengan Nama Allah. Selawat dan salam kepada Rasulullah SAW, Para sahabat R.A dan seluruh umat Islam, samada sudah mati atau masih hidup;

MERATAPI KEMATIAN

Meratapi atas kematian adalah sesuatu yang dilarang oleh Syariah Islamiyyah.

Daripada Abdullah bin Mas’ud, Sabda Nabi SAW;

ليس مِنَّا من ضَرَبَ الْخُدُودَ وَشَقَّ الْجُيُوبَ وَدَعَا بِدَعْوَةِ الْجَاهِلِيَّةِ

Maksudnya;
“Bukan dari kalangan kami, mereka yang memukul muka, mengoyakkan baju dan menyeru dengan seruan jahiliyyah[2]

Didalam Kamus Dewan, meratap bermaksud, “menangis sambil mengeluarkan kata-kata, mengeluh (sambil menjerit, menangis dll)”[3]

Mengeluh dengan kematian seseorang adalah sesuatu yang diharamkan oleh Syariah dan dibawah katagori amalan-amalan jahiliyyah.

Daripada Abdullah bin Mas’ud juga, Sabda Nabi SAW;

إيَّاكُمْ وَالنَّعْيَ فإن النَّعْيَ عَمَلُ الْجَاهِلِيَّةِ

Maksudnya;
“jauhi dirimu dari ‘an-na’yu’, kerana ‘an-na’yu’ adalah amalan jahiliyyah[4]

Menurut Imam As-Syaukani, ‘an-na’yu’ didalam bahasa arab bermaksud, memberi khabar kepada manusia tentang kematian.

Adapun maksud ‘an-na’yu’ didalam istilah syariah adalah, “mengkhabarkan kepada manusia atas kematian seseorang disertai dengan kesedihan dan menyebut dengan musibah yang akan menimpa[5]

Memahami makna ‘an-na’yu’ mengikut istilah syariah, difahami bahawa ‘meratapi’ keatas kematian adalah amalan yang diharamkan oleh Syariah Islamiyyah.

Adapun memberi khabar kepada manusia dengan kematian atas tujuan untuk menjemput untuk hadir menunaikan solat Jenazah atau sebagainya, maka itu tidak dibawah katagori amalan jahiliyyah yang diharamkan, bahkan ianya adalah diharuskan didalam Islam.

Ini berdalilkan kepada hadis yang diriwayatkan oleh Anas bin Malik, bahawa Rasulullah SAW memberi tahu kepada kami tentang kematian tiga orang ketua yang terbunuh didalam satu peperangan, iaitu Zaid bin Harithah, Ja’far bin Abi Talib dan Abdullah bin Rawwahah[6].

Juga, Rasulullah SAW memberitakan tentang kematian raja An-Najasyi pada hari tersebut.[7]

APAKAH MENANGISI KEMATIAN SI MATI ADALAH PERKARA YANG DIHARAMKAN?

Menangisi atas kematian yang diharamkan adalah, menangis yang disertai dengan suara. Adapun menangisi kematian seseorang dengan kadar menitiskan air mata sahaja, maka itu tidak diharamkan oleh Islam.

Ini berdasarkan kepada hadis yang diriwayatkan oleh Abdur Rahman bin Auf, ketika kematian Ibrahim, iaitu salah seorang anak-anak Rasulullah SAW. Berkata Abdur Rahman bin Auf;

أخذ النبي (ص) بيدي فانطلقت معه الى ابنه ابراهيم وهو يجود بنفسه قال فأخذه النبي (ص) ووضعه في حجره حتى خرجت نفسه قال فوضعه ثم بكى فقلت تبكي يا رسول الله وأنت تنهى عن البكاء فقال إني لم أنه عن البكاء ولكن نهيت عن صوتين أحمقين فاجرين صوت عند نعمة لهو ولعب ومزامير شيطان وصوت عند مصيبة لطم وجوه وشق جيوب وهذه رحمة ومن لا يرحم لا يرحم

Maksudnya;
“telah memegang oleh Nabi akan tanganku, lalu aku pergi bersama Baginda kepada anaknya, Ibrahim yang sedang nazak. Lalu mengambil oleh Nabi SAW akan Ibrahim dan meletakkannya pada pangkuan Baginda hingga menitis air mata baginda SAW. Lalu aku (Abdur Rahman) berkata, Wahai Rasulullah SAW, kamu menegah dari menangis. Menjawab Baginda SAW, aku tidak menegah kamu dari menangis, tetapi aku melarang dua suara yang hodoh, iaitu suara nikmat kelalaian dan seruling Syaitan dan suara ketika ditimpa musibah, memukul muka dan mengkoyak baju. Adapun ini (menitis air mata tanpa suara ketika kematian) adalah tanda kasih sayang dan barangsiapa yang tidak belas kasih, nescaya dia tidak dibelas kasih[8]

Dari hadis ini menjelaskan maksud sebenar larangan menangis yang dimaksudkan oleh nabi ketika kematian adalah menangis yang boleh melahirkan suara atau dinamakan juga dengan “meratap” seperti diperbahasan lepas.

APAKAH SI MATI AKAN DIAZAB DENGAN RATAPAN ORANG YANG MASIH HIDUP?

Si mati tidak diazab dengan ratapan orang yang masih hidup. Ini berdasarkan kepada firman Allah;

وَلا تَزِرُ وَازِرَةٌ وِزْرَ أُخْرَى

Maksudnya;
“seseorang yang berdosa tidak menanggung dosa orang lain”

(surah al-Isra’ : 15)

Adapun maksud hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Omar, iaitu sabda Nabi SAW;

إنَّ الْمَيِّتَ يُعَذَّبُ بِبُكَاءِ أَهْلِهِ

Maksudnya;
“sesungguhnya si mati di azab dengan sebab tangisan ahli keluarganya”[9]

Melihat kepada zahir hadis ini, seakan-akan Rasulullah SAW menyatakan azab kepada si mati disebabkan ratapan yang dilakukan oleh orang yang masih hidup.

Walaubagaimanapun, menurut As-Syaikh Idris Al-Marbawi didalam kitabnya “bahrul Mazi”, beliau mengatakan bahawa, yang dimaksudkan si mati akan diazab dengan sebab tangisan atau ratapan ahli keluarganya adalah sekiranya si mati itu menyuruh atau redha dengan perbuatan menangisi dan meratap atas kematiannya[10].

Pandangan As-Syaikh Idris Al-Marbawi ini bersesuaian dengan hujjah yang dikemukakan oleh Abu Hurairah yang dinukilkan oleh Imam As-Syaukani didalam kitabnya “nail al-awtar”[11].

Wallahu ‘Alam

Sekian

One_G
http://laptopdarulfiqh.blogspot.com

Ahad, 19 Jun 2011

Temuduga Tertutup

*** Bismillahirrahmanirrahim *** 
***Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang***
Temuduga Sbg “Calon Jenazah”
Semua Akan Dikehendaki Hadir Tanpa Sebarang Pengecualian
Kekosongan Jawatan:
1. Ahli Syurga Dari Awal.
2. Ahli Neraka Dari Awal.
3. Ahli Neraka Sementara .. Kemudian Akan Dilantik Jadi Ahli Syurga.
Empat Ganjaran Lumayan (Khas Untuk Jawatan 1)
1. Nikmat Kubur.
2. Perlindungan Di Padang Mahsyar.
3. Keselamatan Meniti Titian Sirat.
4. Syurga Yang Kekal Abadi.
Tarikh Temuduga:
Bila-Bila Masa Secara Adhoc Bermula Dari Saat Membaca Iklan Ini.
Lokasi Temuduga:
Di Dalam Kubur (Alam Barzakh).
Kelayakan:
Anda Tidak Perlu Bawa Siji-Sijil,Termasuk Sijil Saham Termasuk Saham Internet.
Anda Tidak Perlu Bawa Pingat , Mercedes Mata Belalang Atau Kad Kredit.
Anda Tidak Perlu Bawa Wang Atau Harta Serta Emas Yang Anda Kumpul.
Anda Tidak Perlu Berparas Rupa Yg Cantik, Hensem Atau Berbadan Tegap Atau Seksi.
Sila Bawa Dokumen Asal Iaitu : Iman Dan Amal Serta Sedekah Jariah Sebagai Sokongan.
Panel/Penemuduga:
Mungkar Dan Nakir.

Melihat wanita

*** Bismillahirrahmanirrahim *** 
***Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang***
Apa pandangan syeikh dengan pendapat yang memperbolehkan laki-laki melihat wanita di TV atau Majalah dengan mengambil dalil bahwa Aisyah melihat laki-laki Habasyah saat mereka bermain ?

Departemen Awqaf Sharjah menjawab :
Jawabannya adalah :
  1. Melihat wanita yang tidak berjilbab haram, begitu juga wanita melihat laki-laki yang tidak menutupi auratnya hukumnya haram.
  2. Melihat wanita yang berpakaian sesuai dengan syariat Islam dengan tidak menampakkan perhiasannya hukumnya boleh, seperti melihatnya dijalan-jalan, dikampus, pasas, masjid saat menunaikan ibadah haji atau ditransportasi umum, begitu juga wanita melihat laki-laki yang berpakaian sopan di jalan, dikantor, sebagaimana Aisyah melihat para lelaki Habasyah saat mereka bermain (HR Bukhari Muslim).
  3. Bila melihatnya dengan syahwat yang dapat mengundang fitnah maka hukumnya haram.
  4. Hukum-hukum diatas mencakup melihat wanita langsung atau di TV atau melihat photonya di Majalah dan begitu juga sebaliknya.
  5. Penjelasan diatas menafikan pandangan yang memperbolehkan melihat wanita secara mutlak baik itu berjilbab atau tidak, dengan memperlihatkan perhiasannya di TV atau Majalah.

Wallahu A’lam
Diterjemahkan oleh : Abdul Latief Sukyan

HUKUM AURAT WANITA

*** Bismillahirrahmanirrahim *** 
***Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih, Maha Penyayang***
Berkaitan dengan hukum aurat perempuan secara jelasnya telah dinyatakan oleh Allah Taala dalam Al-Qur'an sebagai satu perintah dan kewajipan yang harus dilaksanakan oleh hambaNya yang mukmin mengikut keadaan dan situasi yang tertentu. Adalah menjadi satu kemestian "WAJIB" bagi setiap wanita akur dengan perintah Allah untuk memakai menutup kepala mereka dan jika perlu termasuk juga mukanya tanpa banyak soal dan tanpa alasan-alasan yang bodoh. Kiranya ada di antara mereka yang ingkar dengan perintah yang sudah termaktub dalam Kitabullah, ingatlah siksaan Allah adalah amat keras buat mereka!!!!!!. Sebagai melaksanakan kewajiban untuk menyebarkan yang HAQ ini, maka suluk bentangkan di sini dalil dan nas yang berkaitan dengan KEWAJIPAN MENUTIP AURAT bagi setiap wanita Islam yang mengaku beriman dengan Kitab Allah dan Rasulnya. Antaranya ialah sebagaimana berikut;

Nas Pertama

"Dan katakanlah kepada perempuan-perempuan yang beriman supaya menyekat pandangan mereka (daripada memandang yang haram), dan memelihara kehormatan mereka; dan janganlah mereka memperlihatkan perhiasan tubuh mereka kecuali yang zahir daripadanya; dan hendaklah mereka menutup belahan leher bajunya dengan tudung kepala mereka; dan janganlah mereka memperlihatkan perhiasan tubuh mereka melainkan kepada suami mereka, atau bapa mereka atau bapa mertua mereka atau anak-anak mereka, atau anak-anak tiri mereka, atau saudara-saudara mereka, atau anak bagi saudara-saudara mereka yang lelaki, atau anak bagi saudara-saudara mereka yang perempuan, atau perempuan-perempuan Islam, atau hamba-hamba mereka, atau orang gaji dari orang-orang lelaki yang telah tua dan tidak berkeinginan kepada perempuan, atau kanak-kanak yang belum mengerti lagi tentang aurat perempuan; dan janganlah mereka menghentakkan kaki untuk diketahui orang akan apa yang tersembunyi dari perhiasan mereka; dan bertaubatlah kamu sekalian kepada Allah, wahai orang-orang yang beriman, supaya kamu berjaya." [Surah An-Nur:31}

Nas Kedua

"Wahai Nabi, suruhlah isteri-isterimu dan anak-anak perempuanmu serta perempuan-perempuan yang beriman, supaya melabuhkan pakaiannya bagi menutup seluruh tubuhnya (semasa mereka keluar); cara yang demikian lebih sesuai untuk mereka dikenal (sebagai perempuan yang baik-baik) maka dengan itu mereka tidak diganggu. Dan (ingatlah) Allah adalah Maha Pengampun, lagi Maha Mengasihani." [Surah Al-Ahzab:59]

Nas Ketiga {Dari Kitab-kitab karangan Ulama Muktabar]

1. Aurat antara muslimat dan bukan muslimat.
Khilaf ulama' dalam mentafsirkan kalimah `auNisaa' ihinna' dalam ayat 31 surah anNuur (24).
Menurut Tafsir Fakhrur_Razi, Jld 23, ms 207 menyatakan jumhur ulama' mentafsir kalimah itu sebagai wanita-wanita Islam sahaja. Dari tafsir Qurthubi (Jld 12, ms 233) juga mentafsirkan kalimah "aunisaa'ihinna" itu sebagai wanita muslimah sahaja.

Ini bermakna aurat wanita dihadapan wanita bukan Islam ialah muka dan dua tapak tangan. Imam Qurthubi membawa hujah perintah Umar alKhattab RA kepada Gabnurnya, Abu Ubaidah alJarrah supaya tidak membenarkan wanita Islam mandi
bersama wanita ahli Zimmah di permandian awam.

Pandangan yang agak berlainan dari pandangan jumhur ialah pendapat Ibn Arabi (Ahkamul Qur'an, Jld 3, ms 326)
beliau berpendapat maksud `aunisaa'ihinna' (wanita mereka) itu bermaksud semua wanita yang baik akhlaqnya dan baik hubungannya dengan wanita muslimah. Ini bermakna wanita Islam boleh membuka auratnya kepada wanita yang baik akhlaknya dan menjalin hubunan baik dengan mereka. Ia termasuk wanita bukan Islam. Jika wanita itu buruk akhlaknya termasuk wanita Islam sendiri, maka wanita Islam tidak boleh membuka auratnya. Syaikh Ali Asyhabuni (mufassir baru dari Saudi (Tafsir Asyabuni) menyokong pendapat Ibn Arabi.

MASALAH PERTAMA:
Hukum lelaki yang baligh melihat perempuan ajnabi. Di bawah ini saya nyatakan beberapa masalah di sekitar hukum ini:

a) Haram melihat kepada aurat perempuan yang ajnabi. Aurat perempuan di hadapan lelaki ajnabi sebagaimana yang telah disepakati oleh jumhur fuqahak ialah seluruh tubuh badannya kecuali muka dan dua tapak tangan.

b) Fuqahak telah berselisih pendapat mengenai muka dan dua tapak tangan perempuan ajnabi, adakah ia aurat atau tidak.

Menurut sebahagian ulamak, kedua anggota ini adalah aurat yang wajib ditutup samada ia menimbulkan fitnah ataupun tidak, atau samada akan menaikkan syahwat kepada lelaki yang melihat ataupun tidak.

Sebahagiannya pula berpendapat bahawa kedua anggota ini bukanlah aurat yang wajib ditutup. Tidak diharamkan bagi seorang lelaki melihatnya.

Walaubagaimanapun mereka ini bersepakat mengatakan bahawa keduanya haram dilihat apabila akan menimbulkan fitnah. Ini bermakna mereka bersetuju mengatakan haram hukumnya bagi lelaki ajnabi melihat kedua anggota ini apabila menimbulkan fitnah atau melihat keduanya dengan syahwat.

c) Pengharaman melihat aurat bukan sahaja pada anggota yang masih berhubung atau melekat dengan tubuh badan, bahkan diharamkan juga melihatnya setelah ia bercerai dari tubuh badan seperti kuku, rambut, bulu kemaluan dan lain-lain.

Wajib menyimpan anggota atau bulu yang telah bercerai dari tubuh badan dari dilihat oleh lelaki atau perempuan ajnabi.

MASALAH KEDUA: Kanak yang belum mengerti tentang aurat perempuan melihat perempuan.

Perempuan tersebut wajib menutup anggota di antara pusat dan lutut sebagaimana auratnya di hadapan mahram.

MASALAH KETIGA: Lelaki yang hampir baligh.

Lelaki yang hampir baligh diharamkan melihat aurat perempuan yang ajnabi sebagaimana lelaki yang telah baligh (lihat masalah pertama).

MASALAH KEEMPAT: Lelaki yang terpotong zakarnya dan buah pelirnya

Lelaki ini diharuskan melihat perempuan yang ajnabi sebagaimana dia melihat mahramnya, iaitu selain anggota di antara pusat dan lututnya.

MASALAH KELIMA: Lelaki yang hanya mempunyai zakar sahaja tanpa buah pelir atau yang mempunyai buah pelir sahaja tanpa zakar

Lelaki ini seperti hukum lelaki yang normal, iaitu yang mempunyai zakar dan buah pelir (lihat masalah pertama).

MASALAH KEENAM: Hamba lelaki melihat tuannya (perempuan)

Jika hamba tersebut bersifat adil (tidak fasik) dan tuannya juga bersifat adil, maka harus melihatnya sebagaimana melihat mahram, iaitu selain dari anggota di antara pusat dan lutut.

MASALAH KETUJUH: Melihat hamba perempuan

Melihat hamba perempuan sebagaimana hukum melihat perempuan yang merdeka (lihat masalah pertama).

MASALAH KELAPAN: Melihat kanak-kanak perempuan

Harus melihat seluruh anggota kanak-kanak perempuan yang belum sampai peringkat diingini oleh lelaki kecuali pada farajnya.
Diharuskan kepada ibubapa, penjaga atau perempuan yang menyusukan kanak-kanak perempuan yang masih dalam peringkat menyusu dan asuhan melihat dan menyentuh farajnya. Kerana dalam usia begini, ibu ataupun pengasuh terpaksa membasuh farajnya dari najis, mengubatinya atau sebagainya.

Melihat dan menyentuh zakar kanak-kanak lelaki adalah sebagaimana faraj kanak-kanak perempuan.

MASALAH KESEMBILAN: Melihat perempuan yang telah tua

Imam al-Ghazali berkata bahawa hukum melihat perempuan ajnabi yang telah tua adalah sebagaimana hukum melihat perempuan yang masih muda.

MASALAH KESEPULUH: Melihat perempuan yang mahram (yang haram dinikahi seperti ibu, saudara perempuan dan sebagainya)

Seorang lelaki diharamkan melihat anggota di antara pusat dan lutut mahramnya. Dia diharuskan melihat selain dari anggota tersebut.

Dia juga diharuskan berkhalwat dan bermusafir bersama mahramnya.

MASALAH KESEBELAS: Lelaki melihat lelaki

Seorang lelaki diharuskan melihat selain dari anggota di antara pusat dan lutut lelaki lain.

MASALAH KEDUABELAS: Melihat lelaki muda belia yang belum ditumbuhi janggut atau bulu (amrad)

Haram melihatnya dengan syahwat.

MASALAH KETIGABELAS: Perempuan melihat perempuan

Sebagaimana hukum lelaki melihat lelaki (lihat masalah kesebelas).

MASALAH KEEMPATBELAS: Perempuan kafir melihat perempuan muslimah

Diwajibkan kepada perempuan muslimah menutup auratnya di hadapan perempuan kafir kerana tidak, berkemungkinan dia akan menceritakan auratnya kepada lelaki kafir.

MASALAH KELIMABELAS: Perempuan melihat lelaki yang ajnabi

Sebagaimana hukum lelaki melihat perempuan yang ajnabi (lihat Masalah pertama).

MASALAH KEENAMBELAS: Perempuan yang fasik melihat perempuan yang terpelihara kehormatannya

Perempuan yang terpelihara kehormatannya wajib menutup auratnya di hadapa perempuan yang fasik kerana melakukan zina atau lebian (hubungan seks antara perempuan dengan perempuan)

MASALAH KETUJUHBELAS: Suami melihat isteri


Di bawah ini adalah masalah yang berhubung kait dengan hukum ini:

a) Harus bagi suami melihat seluruh tubuh badan isterinya atau hamba perempuan yang halal untuknya, tetapi makruh melihat farajnya lebih-lebih lagi batin farajnya.

b) Diharuskan juga menyentuh farajnya. Manakala melihat dan menyentuh duburnya tanpa memasukkan zakar ke dalamnya adalah harus.

c) Pengharusan ini hanya berlaku ketika isterinya masih hidup lagi. Setelah kematiannya, hukumnya adalah sebagaimana melihat mahramnya (lihat masalah kesepuluh).

MASALAH KELAPANBELAS: Isteri melihat suami

Sebagaimana hukum suami melihat isteri (lihat masalah ketujuhbelas).

MASALAH KESEMBILANBELAS: Menyentuh sesuatu yang haram dilihat

Masalah di sekitar hukum ini ialah:
a) Haram menyentuh sesuatu yang haram dilihat sebagaimana yang tercatat di dalam masalah-masalah yang lalu, kerana menyentuh adalah lebih mendatangkan kenikmatan dan kelazatan lagi jika dibandingkan dengan melihat.

b) Haram bagi dua orang lelaki atau dua orang perempuan berbaring di dalam satu kain atau selimut dalam keadaan berbogel dan di atas satu tilam.

Ibubapa atau penjaga wajib memisahkan di antara kanak-kanak lelaki atau perempuan dari tempat tidur ibubapanya. Begitu juga antara adik beradik lelaki dan perempuan.

c) Haram memicit atau mengurut peha lelaki lain tanpa lapik. Jika berlapik, maka diharuskan tetapi dengan syarat tidak dikhuatirkan fitnah dan tidak dengan syahwat.

d) Haram menyentuh mahramnya, begitu juga sesama lelaki atau sesama perempuan sekalipun pada anggota yang harus dilihat seperti pada kaki atau perutnya, termasuk mengusapnya kecuali kerana hajat atau dilakukan kerana timbul dari perasaaan kasih sayang serta bebas dari fitnah dan syahwat.

e) Haram menyentuh muka perempuan yang ajnabi sekalipun diharuskan melihatnya kerana hendak meminang.

f) Hukum berjabat tangan.

i- Seorang lelaki diharamkan berjabat tangan dengan perempuan yang ajnabi. Dalil yang mendasari hukum ini ialah:

Dalil pertama:
Di dalam sebuah hadis yang diriwayatkan oleh Saiyidah Aisyah r.a. mengenai bai'ah yang dilakukan oleh Rasulullah s.a.w. terhadap beberapa orang perempuan, Aisyah r.a. berkata:
" Demi Allah, tangan baginda tidak menyentuh seorang perempuan pun dalam pembai'atan itu. Baginda hanya membai'at mereka dengan perkataannya: "Benar-benar telah aku bai'at kamu atas hal itu." (Riwayat Bukhari)

Al-Hafiz Ibnu Hajar al-Asqalani di dalam kitabnya Fathul Bari berkata:
"Maksud ucapan Rasulullah s.a.w.:
"Benar-benar telah bai'at kamu dengan ucapan."
adalah ucapan tanpa berjabat tangan sepertimana yang biasa terjadi, di mana lelaki berjabat tangan sewaktu bai'ah dijalankan.

Dalil kedua:
Dari Abdullah bin Amr bin al-As r.a. berkata:
"Rasulullah s.a.w. tidak pernah berjabat tangan tangan dengan perempuan dalam pembai'atan." (Riwayat Imam Ahmad)

Sunat berjabat tangan antara sesama lelaki atau sesama perempuan ketika bertemu.

Makruh berjabat tangan dengan orang yang mempunyai penyakit kusta.

Haram hukumnya berjabat tangan dengan amrad (lelaki muda yang belum tumbuh misai atau bulu) dengan disertai oleh syahwat.

g) Makruh memeluk dan mengucup kepala sesama lelaki atau sesama perempuan kecuali terhadap orang yang baru sampai dari musafir atau orang yang lama tidak ditemui. Bahkan perkara ini sunat dilakukan.

h) Sunat mengucup tangan orang soleh, warak, berilmu agama atau sebagainya yang dihormati dan dimuliakan dari segi agamanya. Manakala makruh hukumnya melakukan perkara tersebut terhadap orang yang dihormati dari sudut keduniaannya, seperti orang yang berpangkat, orang kaya atau sebagainya.

i) Diharuskan mengucup mayat orang soleh.

j) Sunat mengucup kanak-kanak sekalipun anak orang lain kerana kasih sayang.

k) Sunat berdiri untuk orang yang mempunyai kelebihan di dalam bidang ilmu agama kerana menghormatinya, bukan kerana riyak, membesarkan atau mengagungkannya.

l) Makruh membongkokkan badan terhadap sesiapa sahaja.


KEADAAN KEDUA: MELIHAT DENGAN HAJAT

Berikut ini adalah masalah yang berhubung kait dengan keadan kedua ini, iaitu:

1) Harus melihat muka dan tapak tangan perempuan ajnabi kerana hendak mengahwininya

2) Kerana hendak membeli hamba perempuan.

Diharuskan melihat selain dari anggota di antara pusat dan lutut.

3) Kerana bermuamalat atau berurusan dengan perempuan seperti berjual beli. Yang dibenarkan hanyalah melihat mukanya sahaja untuk mengenalinya.

4) Menjadi saksi, seperti melihat faraj atau zakar kerana menjadi saksi zina atau melihat buah dada kerana menjadi saksi penyusuan.

5) Harus melihat dan menyentuh perempuan ajnabi dengan tujuan berbekam atau mengubatinya, tetapi dengan dua syarat:
a) Pengubatan itu dilakukan di hadapan mahram, suami atau dua orang perempuan yang boleh dipercayai.
b) Tidak terdapat seorangpun perempuan yang boleh mengubatinya.

6) Harus melihat muka perempuan ajnabi dan amrad ketika mengajar dengan syarat:
a) Ketiadaan tenaga pengajar wanita.
b) Berkeuzuran untuk mengajar di balik tabir, sebagai contoh: Ketika mengajar menulis atau menjahit guru terpaksa mengajarnya tanpa tabir.
c) Ada mahram, suami atau dua perempuan yang boleh dipercayai bersama perempuan tersebut.

7) Haram mengajar isteri yang telah ditalak.

Demikian himpunan hukum-kukum yang berkaitan dengan aurat perempuan yang dikutip dari Al-Quran, Hadis dan Ulama-ulama yang Muktabar.

Kesimpulannya; tidak syak lagi bahawa WAJIB bagi seorang perempuan menutup kepala dan seluruh tubuh kepada lelaki-lelaki asing.

Sebagai pengakhirnya renungilah firman Allah Taala seperti di bawah, semoga sama-sama kita mendapat peringatanNya;

"Dan tidaklah harus bagi orang-orang yang beriman, lelaki dan perempuan - apabila Allah dan RasulNya menetapkan keputusan mengenai sesuatu perkara - (tidaklah harus mereka) mempunyai hak memilih ketetapan sendiri mengenai urusan mereka. Dan sesiapa yang tidak taat kepada hukum Allah dan RasulNya maka sesungguhnya ia telah sesat dengan kesesatan yang jelas nyata." {Surah Al-Ahzab:36}
.
Allahu A'lam